SEBARINDO.COM– Situasi Kota Cilegon menjelang pemungutan suara Pilkada pada 27 November 2024 mulai memanas. Kondisi ini dipicu adanya black campaign atau kampanye hitam berupa selebaran yang memuat narasi fitnah dan mendiskreditkan calon Wali Kota Cilegon nomor urut 1 Robinsar.
Belum diketahui siapa aktor di balik penyebaran selebaran tersebut. Namun, tim pemenangan Robinsar-Fajar Hadi Prabowo telah bertindak cepat.Mereka berhasil menyita ribuan selebaran kampanye hitam itu dari dua lokasi berbeda di Kota Cilegon.
“Aksi kampanye hitam dengan cara menyebar selebaran gelap yang isinya mendiskreditkan calon Wali Kota Cilegon Robinsar jelang pemungutan suara merupakan perbuatan yang biadab,yang melakukan ini sepertinya menginginkan Kota Cilegon tidak kondusif dan berpotensi terjadi konflik,” tegas tim pemenangan Robinsar-Fajar Hadi Prabowo Iman Khadafi,Kamis (21/11/2024).
Menurut Iman,Bawaslu dan Gakumdu harus cepat menangani masalah ini dan mengungkap siapa aktor atau otak dibalik kampanye gelap ini.
Diupah Rp200 ribu
Lokasi pertama yang menjadi penyebaran selebaran gelap itu di sepanjang Pagebangan,Jalan DI Panjaitan,Kelurahan Jombang Wetan,Kecamatan Jombang. Selebaran ditemukan tertempel di tiang listrik dan dibagikan kepada para pedagang di sepanjang Jalan Pagebangan.
Seorang pedagang ayam bernama Roni mengaku mendapatkan selebaran itu dari seorang tukang ojek.
“Saya diberi selebaran ini oleh tukang ojek sekitar pukul 13.00 WIB,” ujar Roni kepada tim Robinsar.
Dari informasi tersebut,tim kemudian menelusuri tukang ojek tersebut. Mahmud alias Samsudin, pengojek yang membagikan selebaran berisi kampanye hitam itu mengaku hanya menjalankan perintah tanpa mengetahui isi selebaran tersebut. Ia mengatakan bahwa dirinya diberi upah sebesar Rp200 ribu untuk menyebarkan selebaran tersebut.
“Saat saya sedang mangkal di pangkalan ojek, ada seorang lelaki yang saya juga tidak tahu dan tidak kenal dengannya.Orang lalu meminta saya untuk membagikan selebaran itu dan diberi upah Rp200 ribu,” kata Mahmud.
Menurut Mahmud, lelaki itu kemudian memberikan kantung berwarna kuning dimana didalamnya ada tiga bungkus plastik bening berisi selebaran yang isinya memfitnah Robinsar .
Tak berhenti di situ, pada pukul 13.30 WIB, Sekretaris Tim Pemenangan Robinsar M.Natsir berhasil memergoki seorang pengamen yang sedang membagikan selebaran gelap yang sama di Pagebangan di perempatan Alun-Alun Kota Cilegon.
Dari keterangan pengamen bernama Niko itu, dirinya mengaku saat sedang ngamen di perempatan Alun-alun Kota Cilegon dirinya dipanggil oleh dua orang lelaki.
“Saya diminta membagikan selebaran dan upah membagikan selebaran ini saya di kasih uang Rp200ribu,” akunya.
Kampanye hitam ini menimbulkan kekhawatiran akan potensi gangguan stabilitas di Kota Cilegon menjelang hari pemungutan suara.
Tim Pemenangan Robinsar telah melaporkan temuan ini ke pihak berwenang. Mereka berharap kepolisian dan Bawaslu segera mengusut tuntas siapa dalang di balik kampanye hitam tersebut untuk menjaga suasana pilkada tetap kondusif dan demokratis.
“Ini bukan hanya soal kami sebagai pasangan calon, tetapi juga menyangkut kepercayaan publik terhadap proses demokrasi yang sedang berjalan,” ujar Iman.
Iman menambahkan Pilkada 2024 adalah momentum demokrasi, bukan ajang untuk memecah belah.
Tak terdaftar
Selebaran kampanye hitam yang mendiskreditkan dan memfitnah calon Wali Kota Cilegon Robinsar itu mengatasnamakan Jaringan Pemilih Cerdas (JPS).Dikonfirmasi SEBARINDO.COM ke KPU Kota Cilegon, ternyata JPS tidak terdaftar sebagai pemantau pilkada.
Menurut Komisioner KPU Kota Cilegon pada Divisi Teknis Urip Haryantoni, pemantau pilkada yang terdaftar di KPU Kota Cilegon hanya ada satu yaitu JRDP.
“Hanya satu yang terdaftar yaitu JRDP tidak ada yang lain,”jelasnya. (PSR)