SEBARINDO.COM – Kota Cilegon, menghadapi situasi darurat kesehatan masyarakat menyusul lonjakan signifikan kasus campak rubella sejak September 2025. Dinas Kesehatan Kota Cilegon melaporkan, terdapat 31 kasus positif campak rubella yang tersebar di delapan kecamatan, dengan porsi terbesar, yakni 26 kasus (84 persen), terjadi hanya dalam kurun waktu September hingga Oktober.
Berdasarkan kajian epidemiologi, empat kecamatan telah ditetapkan sebagai kejadian luar biasa (KLB) campak rubella. Keempat wilayah tersebut adalah Kecamatan Cibeber, Jombang, Citangkil, dan Pulomerak.
Wakil Wali Kota Cilegon, Fajar Hadi Prabowo usai membukan acara rapat koordinasi pelaksanaan outbreak response immunization (ORI) campak rubella tingkat Kota Cilegon 2025 yang digelar di aula Setda Kota Cilegon mengatakan,sebagian besar kasus positif campak rubella ini menyerang anak usia 1 hingga 9 tahun. Data ini menjadi indikasi kuat masih adanya kesenjangan cakupan imunisasi di tingkat masyarakat.
“Ini adalah peringatan bagi kita semua, bahwa penyakit yang seharusnya bisa dicegah melalui imunisasi, masih dapat menimbulkan wabah jika cakupan imunisasi belum optimal,” ujar Fajar, Rabu (29/10/2025).
Dalam kesempatan itu Fajar menekankan selain empat wilayah KLB yang harus mendapat penanganan serius, dirinya meminta juga untuk wilayah lainnya melakukan pencegahan.Dia menargetkan KLB harus sudah berakhir pada bulan November atau sebelum tahun baru.
Diakui dia adanya tantangan di lapangan, terutama terkait masih adanya sebagian orang tua yang ragu atau menolak imunisasi, khawatir anak sakit, bahkan ada kelompok yang menolak vaksin secara keseluruhan.
“Imunisasi adalah bentuk perlindungan dan kasih sayang fundamental bagi anak-anak kita agar mereka tumbuh sehat dan terhindar dari penyakit berbahaya,” tegasnya.
Imunisasi Massal Jadi Kunci Targetkan 27.140 Anak
Untuk merespons KLB ini dan memutus rantai penularan, Pemerintah Kota Cilegon akan segera melaksanakan Imunisasi Massal (Outbreak Response Immunization atau ORI).
Target ORI di Kota Cilegon mencakup 27.140 anak yang berada di empat kecamatan terdampak. Namun, keberhasilan upaya ini memiliki ambang batas yang ketat, risiko penularan dapat meluas ke wilayah sekitar bila cakupan belum mencapai 95 persen.
“Penanganan KLB ini tidak bisa dilakukan oleh sektor kesehatan saja. Kita membutuhkan dukungan lintas sektor, mulai dari pendidikan, pemerintah daerah, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga aparat keamanan, agar pelaksanaan ORI berjalan maksimal,” jelas Fajar.

Pemerintah Kota Cilegon berkomitmen penuh melindungi anak-anak dari Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I). Untuk memastikan keberhasilan ORI, Pemkot Cilegon mengajak seluruh pihak untuk mengambil tiga langkah kolektif yaitu mendukung penuh pelaksanaan imunisasi, baik di sekolah maupun lingkungan masyarakat, meningkatkan koordinasi lintas sektor dan lintas program untuk efisiensi pelaksanaan,memberikan edukasi dan contoh positif untuk memastikan tidak ada lagi anak yang tertinggal dari program imunisasi wajib.
Dengan sinergi dan kepedulian bersama, Pemkot Cilegon yakin dapat menghentikan rantai penularan campak dan menjaga kota tetap sehat.
“Kami sampaikan apresiasi dan terima kasih kepada Dinas Kesehatan dan seluruh tenaga kesehatan atas langkah cepat dalam melaksanakan investigasi, surveilans aktif, edukasi, serta pelaksanaan ORI di lapangan. Keberhasilan sangat bergantung pada partisipasi aktif kita semua,” tutupnya.(PSR)











