SEBARINDO.COM – Kawasan Pertanian Terpadu (KPT) Kota Cilegon yang berlokasi di Kelurahan Bulakan, Kecamatan Cibeber, tampak memprihatinkan. Sejak dibangun, kawasan seluas 9,6 hektar ini justru menunjukkan tanda-tanda ketidakpedulian pemerintah terhadap perawatan dan pemanfaatan aset publik.
Alih-alih menjadi pusat aktivitas pertanian terpadu dan percontohan ketahanan pangan, KPT kini berubah menjadi lahan kosong yang dipenuhi ilalang. Tidak terlihat upaya serius dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon untuk merawat dan menjaga fasilitas yang ada.
Pantauan Sebarindo.com pada (19/05/25) menunjukkan bahwa beberapa peralatan penting telah hilang. Lampu penerangan dan gardu listrik di samping pos jaga raib. Pos penjagaan yang dulunya menjadi titik kontrol kini gelap, dan terkesan ditinggalkan begitu saja. Minimnya perawatan ini menjadi sorotan tajam, mengingat kawasan ini dibangun dengan dana publik dan semestinya menjadi garda depan ketahanan pangan lokal.
Baca Juga : Cegah Impor, TNI AL Gerakkan Swasembada Kedelai dari Rancasanggal, Banten
DKPP Kota Cilegon Mulai Garap Bulan Depan

Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Cilegon, Ridwan, mengakui bahwa kawasan tersebut belum optimal dikelola. Namun ia memastikan pihaknya akan mulai melakukan langkah penggarapan pada awal Juni 2025.
“Awal bulan depan akan ada bantuan traktor dari provinsi yang akan kami turunkan untuk penggarukan lahan,” ujar Ridwan.
Ia juga menyebutkan rencana untuk melibatkan kelompok tani (poktan) setempat guna mengelola sebagian lahan tersebut.
“Kami akan mulai dengan uji coba penanaman cabai di lahan seluas 6.000 meter. Ini langkah awal untuk mengaktifkan kawasan KPT,” tambahnya.
Meski rencana itu terdengar menjanjikan, publik tetap menanti realisasi di lapangan. Pasalnya, janji-janji serupa kerap muncul namun tak pernah membuahkan hasil yang nyata. Dalam konteks tata kelola pemerintahan, rencana tanpa perawatan yang konsisten hanya akan menjadi pengulangan dari kesalahan yang sama.
Jika KPT benar-benar ingin menjadi pusat produksi dan edukasi pertanian di Kota Cilegon, maka perawatan dan keberlanjutan program harus menjadi prioritas, bukan sekadar angan-angan di atas kertas.(SA)