SEBARINDO.COM – Di tengah hiruk pikuk industrialisasi yang kian pesat, Kabupaten Serang mencoba merajut simpul keberlanjutan yang tak hanya ramah lingkungan, namun juga menguntungkan secara ekonomi. Sebuah inisiatif dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Serang, berkolaborasi dengan PT Broco Aerated Concrete Industry (Broco ACI), kini mulai menunjukkan hasilnya.
Mereka menjalin kerja sama melakukan uji coba Refuse Derived Fuel (RDF) hasil produksi Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Kibin.
Kerja sama ini bukan hanya sekadar formalitas,dalam uji coba yang dilakukan, PT Broco ACI, produsen bata ringan terkemuka yang berlokasi di Desa Situ Terate, Kecamatan Cikande, mengaku sangat terkesan. Data menunjukkan peningkatan temperatur signifikan pada boiler mereka. Rata-rata temperatur boiler yang semula berada di angka 680 derajat Celsius, melonjak menjadi 711 derajat Celsius setelah penggunaan RDF. Sebuah lompatan yang mengindikasikan efisiensi energi yang lebih baik, sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil murni.
Pelaksana Harian Kepala Bidang Pengelolaan Sampah dan Limbah Bahan Berbahaya Racun (B3) pada DLH Kabupaten Serang Cahyo Harsanto,mengatakan kerja sama ini telah dimulai sejak Rabu.
“Sejak Rabu 18 Juni 2025 DLH sudah mulai kerja sama dengan PT Broco ACI untuk Produksi RDF TPST Kibin. Produksi RDF ini digunakan sebagai campuran batu bara yang nantinya di gunakan sebagai bahan bakar,” terang Cahyo melalui keterangan tertulisnya, Selasa (24/6/2025).
Pada tahap awal, PT Broco ACI telah menggunakan sekitar 3 ton RDF per hari. Angka ini, menurut Cahyo, direncanakan akan ditingkatkan secara bertahap hingga 5 bahkan 10 ton per hari, disesuaikan dengan kapasitas produksi dan ketersediaan RDF dari TPST Kibin. Menurut dia, fari hasil uji coba yang dilakukan di perusahan industri bata ringan itu terjadi peningkatan temperatur boilernya secara signifikan yang mana sebelum menggunakan produk RDF temperatur rata-rata di boiler sekitar 680 derajat. Kemudian setelah 1 jam pemakaian produk RDF ini temperaturnya naik menjadi 711 derajat celcius.
Tantangan di Balik Potensi Besar
Meski prospeknya cerah, perjalanan menuju produksi RDF yang optimal tak lepas dari tantangan. Cahyo mengakui bahwa kesiapan produksi RDF TPST Kibin saat ini masih terbatas, hanya mampu menghasilkan 1 hingga 2 ton per hari. Kendala utama terletak pada minimnya tenaga kerja. Namun, optimisme tetap membara. Pihaknya berencana menambah tenaga kerja pada pertengahan Juni ini, dengan harapan produksi bisa mencapai 5 hingga 10 ton per hari.
“Diharapkan produksi ini bisa mencukupi kebutuhan untuk industri-industri di wilayah Kabupaten Serang,” harapnya.
Untuk mengatasi keterbatasan tenaga kerja honorer yang tidak diperbolehkan lagi sesuai arahan BKPSDM, DLH Kabupaten Serang tengah menjajaki solusi inovatif yakni dengan sistem outsourcing. Rencananya, perusahaan outsourcing yang menyediakan peralatan produksi RDF juga akan menyediakan tenaga kerjanya. Penawaran upah sekitar Rp3,8 juta per orang, yang sudah mencakup BPJS Ketenagakerjaan dan Kesehatan, diharapkan dapat menarik minat.
Cahyo menjelaskan bahwa jumlah ideal pegawai untuk menghasilkan 5 hingga 10 ton RDF per hari adalah sekitar 50 orang. Namun, penyesuaian anggaran membuat jumlah tersebut harus dipangkas menjadi 40 hingga 42 orang.
“Saat ini pegawai masih 27 orang di tambah 2 tenaga keamanan. Makanya harapan kami di Juni ini ada pergeseran anggaran, sehingga bisa di tambah tenaga kerjanya menjadi 40 orang,” katanya, menunjukkan komitmen untuk segera mencapai kapasitas produksi yang dibutuhkan.
Jejak Konservasi Energi, Inspirasi Nasional
Lebih jauh, Cahyo memaparkan bahwa pemanfaatan RDF sebagai co-firing sejalan dengan arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menyarankan penggunaan sekitar 5 persen dari pemakaian batu bara untuk pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Meskipun persentasenya dapat bervariasi tergantung jenis industri, potensi RDF terbukti besar.
“Kita kemarin pernah studi banding ke Kota Bandung, disana ada industri tekstil bisa memanfaatkan produk RDF ini 8 persen. Kemarin waktu di Cikande sendiri malah melihat dengan hasil ujicoba yang bagus signifikan peningkatan temperaturnya, malah mereka ingin sebanyak-banyaknya untuk bisa di gunakan sebagai co-firing batu bara,” papar Cahyo.
Sebelum uji coba dengan PT Broco ACI, DLH Kabupaten Serang telah mengundang setidaknya 10 industri pengguna batu bara di wilayah tersebut, meliputi industri tekstil, batu bara, dan industri ban, untuk mengikuti sosialisasi. Dalam sosialisasi tersebut, DLH berkolaborasi dengan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sebagai narasumber, mengingat teknologi yang digunakan merupakan adopsi dari inovasi BRIN.
“Dari hasil sosialisasi dari 7 perusahaan yang hadir semuanya berminat sebetulnya. Ini sebenarnya potensi kita, sebagai tantangan buat kita untuk memperbesar produksi RDF. Makanya rencana sesuai dengan master plan, di persampahan akan di buat zona-zona untuk TPST itu. Harapan kita di zona-zona TPST ini juga di produksi RDF, karena potensi minat dari industri cukup besar di Kabupaten Serang,” urai Cahyo. (01]