SEBARINDO.COM – Rencana pembangunan Sekolah Rakyat di wilayah Ciwandan, Kota Cilegon, dipastikan gagal terealisasi. Hal ini menyusul hasil verifikasi dari Kementerian PUPR yang menolak lokasi tersebut karena tidak memenuhi persyaratan.
Kepala Dinas Sosial Kota Cilegon, Damanhuri, menjelaskan bahwa lokasi di Ciwandan yang diusulkan oleh Pemerintah Provinsi Banten memiliki luasan mencukupi, yakni 6,8 hektar. Namun, secara tata ruang lokasi tersebut tidak memenuhi kriteria karena berdekatan dengan kawasan industri.
“Lokasinya memang bagus dan luas, tetapi berdasarkan persyaratan pusat, sekolah rakyat tidak boleh berada di dekat kawasan industri. Sementara lahan di Ciwandan itu tepat berseberangan dengan industri semen,” kata Damanhuri, Selasa (28/5/2025).
Menurut Damanhuri, tim verifikasi pusat yang terdiri dari unsur Kementerian PUPR, BPKAD Provinsi, dan Dinas PUPR Provinsi telah menyatakan secara resmi bahwa lahan di Ciwandan tidak layak atau ditolak.
Pemkot Cilegon mengajukan dua alternatif lokasi untuk pembangunan Sekolah Rakyat, yaitu di Cikerai dan Bulakan,. Namun, lokasi di Cikerai juga dinyatakan tidak memenuhi syarat karena hanya seluas 1,9 hektar.
“Kriteria dari pusat, baik untuk revitalisasi maupun pembangunan baru, lahan tidak boleh kurang dari 5 hektar dan tidak boleh berada di area berbukit,” ujarnya.

Dengan ditolaknya lokasi tersebut, Pemkot Cilegon kini mengajukan opsi terakhir di kawasan Bulakan. Lahan yang diusulkan merupakan bagian dari Kawasan Pertanian Terpadu (KPT) dengan total luas mencapai 9,6 hektar. Namun, dari luas tersebut, hanya 5,3 hektar yang disetujui oleh Sekretaris Daerah (Sekda) untuk digunakan sebagai lokasi Sekolah Rakyat.
Baca Juga : Lahan 9,6 Hektar di Cilegon Dibiarkan Terlantar, Dinas Janji Mulai Garap Bulan Depan
“Data-data sudah kami kirimkan ke pemerintah pusat. Saat ini kami tinggal menunggu tim verifikasi dari pusat turun langsung ke lokasi di Bulakan untuk menilai apakah sudah sesuai atau belum,” kata Damanhuri.
Sekolah Rakyat merupakan program dari pemerintah pusat untuk memberikan pendidikan alternatif bagi anak-anak dari keluarga tidak mampu. Pembangunan sekolah ini terbagi menjadi dua model, yakni revitalisasi bangunan eksisting dan pembangunan baru di lokasi yang memenuhi syarat.(SA)